JINGGA DI KELOPAK MATA
serangkai derai distraksi kehidupan
kau ada untuk menjadi lentera
kaki-kakimu melangkah sekuat baja
lalu tanganmu hangat layaknya sutra
segelintir tanya menyayat pikiranku?
selapang apa jiwanya hingga kokoh pundaknya
selembut apa hatinya hingga dititipkannya permata
dalam buaian binar
terlihat dengan seksama
ada jingga di kelopak matanya
ada harapan yang menyinarinya
diberkahilah cinta yang melekat pada dirinya
dibersamai cinta pada setiap langkah kakinya
Di kelopak matanya, jingga terpantul sendu,
Mengalir lembut dari luka yang tak tampak,
Ia perempuan, tangguh dalam diam bisu,
Mengukir harapan di sela langkah yang kerap tersendak.
Cantiknya bukan hanya pada paras yang dilihat,
Namun di tiap hela napas perjuangan yang direngkuh,
Seperti fajar yang tak pernah ingkar dari janji sunyi,
Ia terbitkan cahayanya meski badai datang merengkuh.
Pada matanya, dunia tergambar dalam sabar,
Menguntai kisah di balik senyum yang tak pernah rapuh,
Takdir ia genggam dengan jemari kokoh yang tak pernah gentar,
Menyulam hidup dari serpih serpih harap yang ia jatuh.
Jingga di kelopak mata itu takkan pernah padam,
Seperti mentari yang pulang ke ufuk dalam damai,
Perempuan itu, seindah fajar yang tak pernah terlewat,
Berjalan di antara malam, menantang kelam dengan bayang yang tak pernah surai.
/Rahmat setiaji//